Ada dua pertanyaan kunci untuk memulai ulasan bagian kedua ini: Siapakan sesungguhnya sosok Bima sang pendiri Kerajaan pertama Bima? Lalu kapan persisnya kerajaan Bima berdiri? Sebelum membahasnya, kita awali dulu dengan membahas munculnya tiga versi periode berdirinya kerajaan dan dua versi asalusul sang perintis imperium bersejarah ini.
Versi pertama adalah apa yang tertera di mading istana kerajaan Bima, sebagaimana foto dibawah ini yang diambil pada sekitar tahun 2009.
Kita tidak akan membahas bagaimana perlakuan pemerintah (atau yang diperintah menulis) yang dengan teganya menulis angka-angka silsilah yang paling bersejarah di atas kertas kerja biasa yang mudah kotor dan luntur, dengan sejumlah coretan dan tulisan tangan asalan.
Versi ini sejarah kerajaan Bima dimulai pada abad ke 8 (775an) masehi. Yang berarti seangkatan dengan kerajaan - kerajaan lampau seperti Kanjuruhan (Tlogomas, Malang Jatim /760 berdasarkan Prasasti Dinoyo), keraton Mataram Kuno yang baru berkibar abad 9 masehi. Bila benar sejarah kerajaan Bima pada abad 8 maka kerajaan ini lebih tua dari Erlangga di Jawa dan juga jauh lebih kuno dari Kekuasaan Goa, Singhasari maupun Majapahit. Sementara kita jadikan dulu ini sebagai salah satu versi atau keterangan tahun kelahiran kerajaan Bima.
Versi Kedua,
Yaitu kerajaan Bima berdiri pada sekitar abad 11 (tahun 1000-an), dimana yang mendirikannya adalah bangsawan Jawa yang mengidentifikasi dirinya sebagai Sang Bima (tokoh Bima erat kaitannya dengan kultur Wayang Jawa, sebagai seorang tokoh sakti mandraguna). Versi ini tercantum pada beberapa literatur seperti dalam Buku Sejarah Bima Dana Mbojo (Khilir Ismail).
Bila versi ini benar maka kerajaan Bima seangkatan dengan kerajaan besar di Timur Jawa yaitu Kahuripan dimana rajanya yang paling terkenal adalah Sri Erlangga. Erlangga adalah raja besar yang berhasil menyapu habis kekuasaan besar Jawa Barat hingga Sumatera (wuri Sriwijaya), raja yang sukses membendung Kali Brantas menjadi pusat lalulintas dagang antar kota, sistem irigasi bagi petani pedalaman serta dia melahirkan raja-raja hebat di jamannya seperti Prabu Jayabaya (terkenal sebagai Peramal legendaris Joyoboyo, yang pernah meramalkan akan muncul teknologi kendaraan terbang//abad 12 masehi), Kertajaya hingga Jayakatwang penakluk Singhasari. Namun versi ini masih perlu digali lagi lebih dalam terutama di kitab dan situs kerajaan-kerajaan Timur Jawa tentang jejak ekspansi kekuasaanya Jawa ke wilayah Nusra dan Sunda Kelapa.
Versi ketiga adalah dari literatur atau kitab BO (Sangajikai)
Kitab istana Bima (BO) merupakan dokumen resmi kerajaan namun telah melewati tahapan edit yang ketat pada jaman kesultanan karena pada masa itu sedang terjadi euforia ajaran baru sehingga sejarah-sejarah lama (yang tidak sesuai dengan jiwa dan nafas Islam) diberangus dan diedit sesuai pertimbangan ridho Allah SWT oleh ustad Istana Bima. Prose editan inilah yang menyebabkan banyak hilang dokumen yang lebih kuno terutama tentang riwayat-riwayat lama kerajaan Bima.
Kita BO menyatakan bahwa Bima berdiri pada saat situasi Majapahit yang tengah goncang akibat konflik internal. Jadi pendiri kerajaan Bima adalah pembesar Majapahit yang memilih jalan "kalosa weki" dari lingkaran kekuasaan Majapahit yang memang sejak awal berdirinya penuh konflik berdarah.
Untuk mengkaji hal ini maka kita perlu sekilas melihat dulu latar berdirinya Majapahit, pergolakan dan kapan kemungkinan ekspedisi sang Bima yang kemudian kita kaitkan dengan angka-angka tahun kedatangan Bima ke Mbojo versi BO.
Majapahit adalah kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya atau BhreWijaya pada tahun 1293. Bhre Wijaya adalah keturunan ke 4 dari ken Arok-Ken Dedes pendiri kerajaan Singhasari (Kotaraja atau Kebalen, Malang). Malang pada awalnya hanya cabang dari kerajaan Kediri (Panjalu warisan Erlangga) yang dipimpin oleh Tunggul Ametung. Ken Arok yang hanya pemuda biasa namun pemberani mengkudeta Tunggul Ametung dan mengambil alih jabatannya termasuk istrinya (ken Dedes yang tengah mengandung anak lelaki). Dia lalu menyatakan Malang (Tumapel) sebagai negara merdeka dan perang dengan Kediri. Raja Kertajaya kediri kalah maka Arok mendirikan kerajaan Singhasari dan menyatakan berkuasa penuh atas seluruh daratan Jawa. Namun kekuasaannya tidak bertahan lama karena ditikam oleh anak tirinya, Anusapati, (anak yang ketika kudeta dalam kandungan ken Dedes). Demikian pula Anusapati yang marak jadi raja dibunuh oleh saudara tirinya Tohjaya (anaknya Arok hasil perkawinan dengan ibu yang sama yaitu ken Dedes). Tohjaya juga demikian nasibnya dibantai oleh anak keturunan Anusapati. Pembunuhan beruntun keluarga istana Singosari ini baru berakhir ketika Ranggawuni berkuasa yang dilanjutkan oleh Kertanegara yang memulai program integrasi Nusantara, namun berhenti di tengah jalan ketika dikudeta oleh keturunan Erlangga (Jayakatwang) yang kala itu menjadi sejenis camat di Gelang-Gelang (Madiun).
Pada waktu itu datang balatentara asing dari Mongol kiriman Kubilai Khan yang sejatinya ingin membumihanguskan Singhasari yang dulu pernah menolak dengan kasar ajakan koalisi dari imperium Tiongkok, namun ketika nyatanya Singhasari sudah jatuh ke tangan Jayakatwang maka tentara asing yang dipimpin Ikke Messe ini balik menyerang siapa yang kala itu berkuasa. Maka raja baru Jayakatwang runtuh dalam sekejap. Pada saat tentara asing ini sedang berpesta pora kemenangan, keturunan Arok-Dedes (Singhasari) mengepung dan membantai mereka sehingga kocar-kacir. Saat itu juga didirikan MAJAPAHIT, yang langsung ambisius melanjutkan intergasi Nusantara Raya dibawah satu kekuasaan tunggal kerajaan Maritim yang terkuat di dunia.
Namun kerajaan baru ini tidak pernah damai. Muncul banyak pemberontakan internal dari pangeran-pangeran yang merasa ikut mendirikan kerajaan namun tidak mempunyai kekuasaan yang layak seperti halnya Arya Wiraraja (Sumenep, dari Madura). Meskipun raja - raja Majapahit keturunan tangguh sanggup mempertahankan keutuhan istana, konflik internal terus terjadi termasuk pada eranya Hayam Wuruk. Pada era Hayam Wuruk bersama pahit Gajahmadanya wilayah Kekuasaan Majapahit sangat luas, sebagaimana yang tertulis dalam Negarakertagama, kerajaan Dompo (atau Dompu) dan sekitarnya termasuk dalam wilayah persatuan Majapahit Raya.
Besar kemungkinan bahwa pada situasi puncak konflik internal inilah banyak pejabat istana Majapahit berlayar ke berbagai penjuru Nusantara untuk mengamankan dan atau distribusi kekuasaan. Kalau merujuk pada kesimpulan kitab BO maka sang Bima adalah pembesar Majapahit yang tergabung dalam kubu "makalosa weki" daru lingkaran kekuasaan Majapahit bisa jadi kubu yang kecewa dengan komposisi kekuasaan yang tidak adil.
Tahun kedatangan sang Bima, apabila merujuk pada versi BO yang mengidentifikasi asal sang Bima dari klan Majapahit maka itu terjadi pada kisaran penghujung abad 14 (tahun 1300-an) atau menjelang memasuki abad 14, karena memang pada fase-fase tersebut Majapahit terus dirundung konflik internal, dimana ibukota Majapahit telah bercokol banyak saudagar Cina muslim. Rupanya saudagar-saudagar CIna muslim ini yang kelak merobohkan Majapahit lebih karena motif ekonomi ketimbang agama. Pada menjelang jatuhnya Majapahit saudagar asing memang sudah jauh sekali memasuki istana dan memegang beberapa posisi penting. Sehingga jaringan-jaringan lama Istana (Jawa) banyak yang kecewa dengan perubahan ini sehingga berontak dan atau menjauhi istana, mencari wilayah lain yang menjadi bagian dari negara kesatuan Majapahit, termasuk Dompo dan Bima.
Jadi, kepastian pendirian kerajaan Bima ini harus dikaji dan ditelusuri lagi dengan menyatukan berbagai pendapat dan riset sehingga dari itulah kita bisa menyimpulkan mana sesungguhnya kesimpulan sejarah yang akurat terhadap lahirnya sejarah Bima.
Dengan menghargai proses pendirian kerajaan yang pertama kali ini, dengan raja pertama Maharaja Indera Zamrud, maka tahun kelahiran Bima sebagiknya diambil dari tahun berdirinya kerajaan Bima, bukan era kesultanan...
Jadi, kepastian pendirian kerajaan Bima ini harus dikaji dan ditelusuri lagi dengan menyatukan berbagai pendapat dan riset sehingga dari itulah kita bisa menyimpulkan mana sesungguhnya kesimpulan sejarah yang akurat terhadap lahirnya sejarah Bima.
Dengan menghargai proses pendirian kerajaan yang pertama kali ini, dengan raja pertama Maharaja Indera Zamrud, maka tahun kelahiran Bima sebagiknya diambil dari tahun berdirinya kerajaan Bima, bukan era kesultanan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar