Selasa, 19 November 2013

Mana Dongeng dan Fakta dalam Sejarah Pendirian Kerajaan Bima

Kerajaan Bima didirikan oleh sosok yang menyatakan diri atau dikenal oleh sejarah sebagai sang Bima. Dia merupakan figur sakti dari khayangan dan kitab BO mengambarkan kedatangannya dalam sebuah ritus yang ajaib dan sakral. Tradisi pengisahan kekuasaan seperti itu memang sudah lama terjadi di negeri-negeri seberang untuk mengukuhkan martabat dan kekuasaan raja-raja. Dalam konteks masa awal kerajaan Bima ada beberapa hal yang perlu kita jelaskan manakah yang riil dan mana yang hanya sebatas pencitraan mistik kekuasaan.


Pertama, sang Bima adalah manusia biasa dan juga keturunan manusia. Dalam penggambaran sejarah sebagaimana dalam kitab BO dan literatur lainnya, Bima adalah anak cucu dari dewa-dewa atau 'sesuatu' yang hidup di khayangan atau di langit sana. Dalam silsilahnya yang sangat lengkap, leluhur pertama Bima adalah JAN WA MAN JA, yang kemudian memiliki anak sakti dan cucunya bernama BATARA GURU. Sekitar 5 tingkat turunan di bawahnya Batara Guru lahirlah BIMA. Bima sendiri melahirkan dua putra yaitu Indra Zamrud dan Indra Kumala.
Di Jawa, Batara Guru atau Hyang Batara Guru adalah Dewa yang tidak setara dengan manusia, dan dewa ini tidak melahirkan anak sebagaimana silsilah dalam BO. Jadi sang Bima bukanlah merupakan anak Dewa atau anak 'sesuatu' dari khayangan, dia adalah anak manusia biasa yang belum kita ketahui siapa sesungguhnya. nama Bima sendiri bisa jadi bukan nama asli itu hanya gelar keistimewaan bagi seorang pembesar istana atau nama untuk mengukuhkan wibawa diri yang umumnya sudah lazim di jaman itu. Bima adalah nama-nama yang biasa dalam pendekar Mahabarata dan Perwayangan Jawa sebagai salah satu dari Pandawa Lima yang amat sakti mandraguna.

Kedua, Bima datang ke Mbojo dengan kapal laut dan dikawal prajurit bersenjata. Meskipun dalam BO dikisahkan Bima datang dengan proses yang ajaib dan amat mistis, namun kita dapat menyimpulkan bahwa Bima datang dalam sebuah proses biasa, sebelumnya telah dipersiapkan, dengan kapal besar yang dipenuhi pengawal dan harta benda termasuk giring-giring dan tetabuhan (yang biasanya dibawa oleh prajurit perang). Rombongan Bima mendarat di dermaga Bima atau teluk Bima dalam pamer kekuasaan yang kemewahan yang luar biasa sebagaimana gambaran dalam BO, membuat orang-orang di dermaga terkesima dan takjub, ini merupakan sesuatu yang baru dan menggetarkan hati.
Maka ketika itu dia mengirim utusan untuk menemui penguasa kota (Ncuhi Dara) yang sebelumnya sudah tahu akan datang pelaut sakti yang bernama sang Bima, menyambut dengan bangga dan senang hati.

Ketiga, Indra Zamrud adalah raja pertama Bima dan saudaranya Indra Kumala tidak memiliki kekuasaan. Dalam tradisi kekuasaan Jawa, dua anak lelaki sama dengan dua ular dalam satu liang. Maka banyak sekali kisah pembunuhan antara putra raja karena berebutan kekuasaan. Sehingga raja sebesar Sri Erlangga (Kahuripan) pernah memecah kerajaannya menjadi dua (Panjalu dan Jenggala) hanya untuk menghindari pertikaian antara dua putra selirnya Jayantaka dan jayawarsa.
Jadi, sejarah Bima mengisahkan bahwa Indra Kumala adalah sosok yang pernah menghilang di desa Oi Mbo dan beberapa waktu kemudian muncul kembali. Perisitiwa penghilangan ini sesungguhnya tafsir bagi kepergian dia ke wilayah Bima yang lain untuk berkuasa dalam menghindari pertikaian dengan Indra Zamrud. Namun tidak banyak kisah sejarah yang menjelaskan dimana dan kapa saja Indra Kumala berkuasa. Bisa jadi Indra Kumala meninggal atau dibunuh oleh saudaranya sehingga oleh legenda dikisahkan menghilang di Oi Mbo dan muncul kembali di Saruhu. Sementara di Saruhu adalah Indra Kumala jelmaan yang sesungguhnya anak Ncuhi setempat.

Ketiga, Pada era sebelum kerajaan berdiri, Ncuhi lebih realis dan lebih dekat dengan kehidupan sehingga penggambaran kemistikan Ncuhi tidak sekuat ketika tata kerajaan mulai diterapkan. Begitu kerjaan resmi berdiri dan diberi nama Kerajaan Bima (Bukan kerajaan Ncuhi) maka Ncuhi tersisih diruang lingkup kehidupan nyata, rasa hormat rakyat harus berbagi dengan raja, dengan prajurit, dengan kepala desa dan perangkat kekuasaan yang baru yang jelas memegang senjata dan tombak. Ketersisihan inilah yang membuat Ncuhi lebih difigurkan sebagai 'sesepuh' adat yang hanya mengurusi doa dan memberikan jawaban mistis bagi harapan masyarakat akan hidup yang tenang dan damai dari kekerasan alam. Lama kelamaan Ncuhi menghilang hingga sekarang ini karena memang tidak ada ruang yang lebih realis bagi eksistensi mereka yang sebetulnya jauh lebih tua dari kerajaan. Ncuhi akhirnya tidak lebih nyata dari dukun, dukun lebih jelas perannya misalnya ada dukun beranak yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sementara Ncuhi berada di awang-awang lama - lama menjadi legenda para orang tua. Sistem kerajaan jelas sangat berkepentingan di dalam menyisihkan peran Ncuhi dan ketika Ncuhi sudah identik dengan makhluk halus maka otoritas kekuasaan kerajaan semakin legitimate.

Dilihat pada konteks saat ini, masyarakat Bima sudah tidak banyak yang menganut aliran mistik. Nuansa mistik di Bima hanya bertahan di era-era 90an dimana masih ada pembangunan bendungan tradisional dengan memotong kepala kerbau, sakralisasi beberapa tempat dan sudah tida ada lagi ritus apapun yang merupakan warisan Ncuhi. Ini menunjukkan delegitimasi kekuasaan dan ajaran Ncuhi terjadi sehingga Bima tidak mewarisi apapun sistem budaya dan nilai-nilai lama leluhur Ncuhi.
Bima saat ini justru tenggelam dalam kepungan teknologi apapun yang masuk dan tidak ada nilai yang mampu melakukan sterilisasi sebagaimana halnya bangsa Jepang, Cina, Jawa ataupun India. Mulai dari jaman televisi masuk desa, parabolla, kendaraan bermotor roda dua, roda empat, roda enam, double kabin, dangdut, restoran, wisata modern, karaoke hingga striptis tarian telanjang indehoy :))

Tidak ada komentar: