Selasa, 19 November 2013

Sejarah Kesultanan Bima Pertama dan Berakhirnya Era Kerajaan

Kerajaan Bima yang didirikan atas restu Ncuhi (restu adat) berakhir ketika mengalir ajaran baru yang datang dari Sumatera dan Sulawesi. Begitu kerajaan laut Majapahit runtuh oleh orang dalam, Jawa pecah dan meningkatkan dinamika antara saudagar-saudagar Tionghoa muslim, Gujarat dan Eropa maka gerakan Islam atau gerakan ekonomi yang berbendera Islam mendominasi kekuasaan baru di kawasan pesisir. Meluas dan termasuk merajai tanah Sulawesi, hingga merebes ke kerajaan Bima yang tidak jelas agama resminya.


Islam sudah memasuki pulau Sumbawa sejak abad 16 awal oleh penyiar dari kerajaan-kerajaan pesisir Jawa seperti Demak, namun semakin jelas ketika saudagar dan penyiar Islam datang dari Sulawesi, Goa, Tallo melalui pintu perairan Bima dan Sape. tahun 1600-an . 
Pada masa itu Bima tengah dirajai oleh La Kai, salah satu raja yang sudah mengindetifikasi diri sebagai putra Bima bukan lagi nama - nama Jawa seperti Indra Zamrud, Batara Bima Batara Indra Bima dst. La Kai adalah orang yang menjadi raja di Bima abad 17 dan menjadi raja pertama yang menerima Islam sebagai agama yang boleh disebarkan di Bima, dia sendiri menjadi muslim dengan merubah namanya menjadi Abdul Kahir.

Setelah raja masuk Islam maka Islam menjadi agama resmi istana dan penyebarannya menjadi mudah dengan menggunakan perangkat kekuasaan. Maka sejak itu budaya penamaan orang di Bima berubah menjadi nama-nama berbau Arab dan Timur Tengah, misalnya La Mbila menjadi Jalaluddin, Bumi Jara Mbojo menjadi Awalluddin, Abubakar, Siti Hawa, Aminah, Nurul, Ismail, Syaifullah, Abdullah dst.

Masuknya Islam di Bima bersamaan dengan adanya konflik internal istana, dimana salahsatu pembesar istana (Salisi Ma Ntau Asi Peka) yang melakukan teror dan pembunuhan pada beberapa penguasa wilayah, dan gerakan ini diam-diam disokong oleh serikat dagang VOC yang sudah masuk Bima dalam misi dagang. Dijadikannya Islam sebagai agama resmi istana membawa keuntungan sendiri bagi kerajaan Bima, karena pada jaman itu imperium Sulawesi sedang berjaya di seluruh kawasan Timur Nusantara dan mengibarkan bendera Islam dalam segala misinya termasuk menghadang ketamakan VOC dan Portugis yang mulai memperkuat tentaranya dengan barisan Meriam.

Rupanya kondisi ini (Raja Bima masuk Islam / Pro-Sulawesi) dimainkan oleh Belanda (VOC) dengan menyokong pemberontakan La Salisi dkk, sehingga dalam wktu yang relatif singkat kerajaan Bima berhasil diduduki oleh pemberontak. Raja BIma sendiri yang masih muda pengalaman bersama Lam Mbila penasehatnya berhasil menyelematkan diri dan minta suaka politik di Makassar. Sultan Makasar yang sudah mengetahui kabar perkembangan Islam di Bima dengan senang hati menyambut raja Bima dan dia mendukung penuh untuk merebut kembali kekuasaan kerajaan Bima meskipun pemberontak itu didukung tentara VOC.

Maka Sultan Alauddin Awalul Islam mulai mengirim pasukan untuk menyerang Bima dalam kekuasaan Pemberontak dan berhasil memukul mundul mereka pada tahun 1640, sehingga barisan La Salisi Mantau Asi Peka melarikan diri ke Dompu. Setelah berhasil merebut kembali kekuasaan maka Sultan Abdul Kahir dan rombongannya kembali ke Bima bersama beberapa tokoh ulama. Maka 3 bulan setelah kembali ke Bima,  Abdul Kahir dikukuhkan (kembali) sebagai SULTAN pertama Bima, yang menandai berakhirnya sistem kerajaan.

Tata pemerintahan akan segera diatur berdasarkan syariat Islam dan meninggalkan tata praja lama yang berbau Hindu. Sultan Abdul Kahir yang kelahiran tahun 1601 adalah putra dari Raja Mantau Asi Sawo, raja terakhir Bima. Sultan Abdul Kahir adalah sultan Bima yang pertama, dan sultan yang menerima Islam sebagai agama resmi istana. Untuk mengukuhkan koalisi dengan Goa maka dia menikah dengan adik istri Sultan Alauddin dari makassar yang bernama Daeng Sikontu.
Tanggal 5 Juli 1640 adalah Penobatan Abdul Kahir sebagai SULTAN ISTANA BIMA yang pertama, sebuah era baru bagi kekuasaan Bima. Bila dilihat dari angka tahun ini maka kekuasaan Abdul Kahir tidak terlalu lama di era kesultanannya, dia lebih lama berkuasa pada masa Kerajaan (sebagai Raja La Kai).

Dari penjelasan diatas, kita bisa tarik kesimpulan bahwa masuknya Islam di Bima didukung oleh kerajaan Makassar (Sultan Goa yang pertama) melalui ulama-ulama Sulawesi dan Sumatera. Masuknya Islam di Bima dan menjadi agarnya raja membuat gelisah VOC sehingga mereka mendorong adanya kudeta La Salisi dan berhasil menduduki istana, kemudian direbut kembali atas dukungan penuh laskar kerajaan Goa.
Kejadian ini menjadi salah satu akar konflik dengan VOC selain ekonomi, karena dalam perkembangan selanjutnya VOC terus ingin mencengkram Bima hingga akhirnya berhasil memecah belah antara Bima-Goa pada era Sultan Hasanuddin.
Sultan Abdul Kahir adalah yang pertama meletakkan dasar keislaman bagi kerajaan Bima dan tokoh yang membuka jalur bagi koalisi Bima-Sulawesi. Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa pada masa itu Sulawesi menjadi pusat dagang maritim di kawasan timur dimana menjadi bandar dunia yang sangat hidup. Maka hubungan ekonomi antara Bima - Goa semakin meningkat dan inilah yang menjadi intaian VOC yang kelak menghancurkan kedua kerajaan ini...

Tidak ada komentar: